<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

https://aslisunda.com

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service
Tampolong: CARA MENULIS

Minggu, 17 Mei 2009

CARA MENULIS

Abdullah Alawi

1. Mulai dari yang dekat. Menulislah dari yang paling dekat dengan kita, yang kita senangi, yang paling kita kuasai materinya. Kita pasti pernah mengalami konflik dengan orang tua, kekasih, teman, atau siapa saja. Awalilah harimu dengan menulis.

2. Penulis harus peka. Kepekaan bahasa, mencakup tulisan, paragraf, kalimat, arti kata-kata, kepekaan pada suatuperistiwa. Orang yang biasa menulis selalu akan tergelitik dengan apa-apa yang terjadi pada dirinya, dan sekitarnya. Hamsad Rangkuti yang melihat anak-anak yang disunat, timbullah cerpen “Panggilan Rasul”. Menulis harus terus diasah dan dibiasakan.

3. banyak baca. Membaca adalah tenaga dalam untuk menulis.

4. Tulis ulang: jangan pernah merasa puas dengan hasil yang dicapai dan juga jangan putus asa. Itu bisa menghalangi kita menjadi penulis. Bacalah kembali berkali-kali, ajaklah teman atau siapa pun untuk mengomentarinya. Tulis ulang! Dengan cara dan gaya yang berbeda. Misalnya kisah dongeng, kita ganti dengan sudut pandang akuan. Atau diganti dengan alur kilas balik dengan menggunakan sedikit dialog.

5. Copy Master; di Cina, orang yang mau melukis dia disodori lukisan yang bagus. Orang yang belajar melukis disuruh terus-terusan untuk meniru lukisan tsb hingga bisa. Begtulah seterusnya hingga dia menjadi pelukis yang mandiri dengan gaya tersendiri

6. Proses kreatif: kita dapat mengambil contoh misalnya adalah proses kreatif Hamsad rangkuti, seperti diakuinya sendiri dia adalah seorang pengelamun yang berat. Dia sering naik pada sebuah pohon, dan di sanalah dia berimajinasi. Ketika dia melihat orang dalam pesta sunat, lahirlah cerpen “Panggilan Rasul”. Ketika dia melihat patung pada sebuah tugu, lahirlah cerpen “Dia mulai Memanjat”. Utuy Tatang Sontani, menjadi cerpenis karena dia ditolak oleh seorang perempuan. Kirdjomulya, penyair, untuk mencari inspirasi dia menjadi seorang gali. Dosteyevski dia terpaksa mengarang “Kejahatan dan Hukuman” karena dia dililit utang. Saya sendiri adalah orang yang sering didongengi oleh bibi

Tubuh Cerpen

Alur; kejadian, tokoh, konflik: ketiganya adalah unsur pokok dalam sebuah cerita. Jalinan ketiganya disebut alur.
Latar, setiap cerita tidak ada yang berada dalam ruang yang vacuum. Alur biasanya mempunyai latar waktu dan tempat. Selain itu, bisa juga ditambahkan dengan latar sosial, latar budaya, ekonomi, politik dsb. Kecuali dalam cerita surealis. Warna lokal juga bisa dimasukan.
Kecuali dalam cerita surealisme atau absurdisme. Misalnya adam makripat danarto, megatruh, dll.
Posisi narator; biasanya disebut sudut pandang. Ada sudut pandang akuan (orang pertama), sudut pandang diaan (orang ketiga), atau sudut pandang campuran (tokoh dan pengarang sesekali menjadi narator)
Dialog: adalah percakapan dalam sebuah narasi. Dari dialog kita bisa menemukan ciri-ciri seorang tokoh. Penggunaan dialog tergantung kemauan si penulis. Ada cerpen yang sama sekali tidak menggunakan dialog
Pola narasi: ada yang mengatakan awal, tengah, akhir. Gaya kilas balik, flash back, maju mundur. Cerpen KOHSU. Saya pernah ngobrol dengan seorang teman yang mengatakan penulis-penulis terkenal sekarang kalau dilihat dari segi ide sudah tidak ada yang baru, tetapi mereka mengemasnya dalam sebuah gaya yang kokoh.
Tanda baca: bagaimana menggunakan tanda koma, titik, titik dua, tanda petik. Anda bisa mempelajarinya dalam tatabahasa indonesia EYD. Tetapi dalam penulisan karya saatra banyak kewenangan yang bisa dilakukan. Kalimat tak lengkap.
Transisi;untuk menjaga agar semua bagian tulisan menjadi logis dalam suatu kesatuan anatara sebelum da sesudahnya maka perlu apa yang dinamakan transisi. Contoh, dan, tetapi, kemudian, atau berupa frasa, sesudah itu, tak berapa kemudian, walaupun demikian, dsb. Trnsisi berarti peralihan dari suatu kerja, keadaan, hal atau pokok pembicaraan yang lain.
Diksi.

Yang Perlu Dihindari

Pengulangan: jangan sekali-kali melakukanpengulangan yang tidak perlu karena itu bisa jadi mencederai tulisan kita. Kecuali kalau kita mengolahnya dengan apik akan menghasilkan tulisan yang menarik dan unik. Adam Makrifat Danarto.


Anakronisme latar waktu dan tempat. Latar waktu, saya lahir tahun 80-an di sebuah desa di kaki gunung Bongkok. Setiap pagi matahari menyembul dari balik gunung itu. Pada tahun itu juga saya mendengar ada gerakan G 30 S/PKI. Latar tempat. Saya tinggal di sebuah desa terpencil dekat pantai selatan pulau Jawa. Tempatku dekat dengan petilasan Nyi Roro Kidul. Setiap pagi saya melihat monas.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Mangga... Komentarnya gan?

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda