<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

https://aslisunda.com

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service
Tampolong: SOEKARNO DI PELABUHAN RATU

Rabu, 24 Maret 2010

SOEKARNO DI PELABUHAN RATU




Jarum jam menunjukkan pukul setengah lima, saat yang tepat untuk menikmati indahnya pantai di sore hari. Namun, langit di atas Pelabuhan Ratu mulai gelap, seperti hari-hari sebelumnya. Bersama dengan beberapa teman wartawan lain, saya memilih mengunjungi Pesanggrahan Pelabuhan Ratu di Desa Citepus, Pelabuhan Ratu.

stana peristirahatan yang menjorok ke pantai itu adalah salah satu peninggalan mantan Presiden Soekarno. Untuk menuju bangunan yang didirikan pada 1962 ini, pengunjung harus mendapat izin dari Sekretariat Negara di Jakarta.

Seorang laki-laki setengah baya menyambut kami. Dengan sebuah motor bebek, Agus Abdullah, laki-laki itu, menggiring mobil yang kami tumpangi dari pos di pintu gerbang menuju bangunan tiga tingkat itu.
Di antara Istana Presiden lainnya, Pesanggrahan Pelabuhan Ratu seluas 1.500 m2 itu terbilang sederhana. Ada enam kamar, dua di lantai tiga dan empat di lantai dua, sementara lantai satu hanya digunakan sebagai gudang. Di lantai dua, ada sebuah ruangan kaca yang lebih menjorok ke laut, sebagian bangunannya berada di atas karang tepi pantai. Di sinilah biasanya diadakan pertemuan atau jamuan makan malam.
Bisa jadi, karena lokasinya yang menjorok ke pantai inilah yang membuat Soekarno jatuh hati pada tempat yang dulunya merupakan tempat peristirahatan Mayor Mantiri bernama Vaya con Dios. Ia pun meminta Mayor Mantiri merelakan tempat seluas 2,8 hektare itu untuk ditukar dengan lahan yang berada di sebelahnya, yang kini dibangun Bayu Amrta.

Meskipun jarang dikunjungi, pesanggrahan ini terawat. Agus Abdullah dan tujuh rekannya setiap hari membersihkan bangunan yang dibangun oleh RM Soedarsono dan F Silaban ini. “Yang terakhir ke sini Ibu Mega (Megawati Soekarnoputri) bersama keluarga, sebulan sebelum beliau lengser,” kata Agus. Sebelumnya, beberapa pejabat pernah mengunjungi tempat ini, antara lain Adam Malik, Sudharmono, Umar Wirahadikusumah, Try Soetrisno, dan Gus Dur. “Habibie pernah lewat, cuma mampir saja,” tutur Agus.

Soekarno sendiri belum sempat menikmati istana ini, karena begitu selesai dibangun ia tengah menghadapi peristiwa politik besar di negeri ini. Dulu, di istana ini tersimpan dua lukisan karya presiden pertama RI itu. “Setelah banyak kolektor lukisan, saya takut, jadi saya usulkan dibawa ke Istana Bogor saja,” jelas Agus.

Pusat Bisnis Judi
Dan kini, tidak ada lagi peninggalan Soekarno di Pesanggrahan Pelabuhan Ratu ini. Yang terlihat hanyalah sisa-sisa kecintaan Soekarno pada sejumlah tempat di Pelabuhan Ratu yang dulunya sempat ia gunakan sebagai tempat persembunyian dari kejaran Belanda pada 1938.
Bersama dengan Ibu Suhartini, pada 1954, Soekarno pernah kembali lagi ke Pelabuhan Ratu untuk meninjau lokasi pembangunan Hotel Samudra Beach, yang sampai kini berdiri kokoh di tepi pantai yang landai, di teluk Pelabuhan Ratu. Di tahun 1962, ia sempat meletakkan batu pertama pendirian hotel pertama di Jawa Barat itu.

Soekarno punya banyak rencana untuk Pelabuhan Ratu. Ketika membangun Hotel Samudera Beach, ia berangan-angan menjadikan hotel itu sebagai pusat bisnis perjudian di Indonesia. Sebuah ruangan seluas 20×8 m di lantai delapan hotel ini telah dipersiapkan untuk menjadi ruang kasino, namanya Domino Room, namun sejak 1980-an ruangan itu berganti nama menjadi Degung Room.
“Ruang itu memang dipersiapkan untuk ruang judi, tapi sekarang sudah tidak dipakai. Hanya sesekali kami menggunakannya untuk rapat,” ungkap Suhartini Tarigan, General Manager Hotel Samudera Beach, Selasa (3/4).

Rasa penasaran membimbing saya menuju lantai delapan, bersama dengan Dedem Dawami, Front Office Manager, yang sudah berkerja untuk hotel itu sejak tahun 1970-an. Kami hanya bisa menggunakan lift sampai lantai ketujuh, selanjutnya kami menaiki tangga darurat. Ketika keluar, kami berada di ruangan dengan peralatan dapur tidak terpakai. Debu yang menempel di situ memperlihatkan bahwa lantai ini sudah lama tidak disentuh. “Dulu peralatan dapur sudah dipersiapkan untuk Domino Room dan Sukaria Room,” ucap Dedem.
Degung Room yang bersebelahan dengan Sukaria Room, yang direncanakan sebagai bar, terlihat tidak pernah digunakan lagi. Karpet yang pernah melapisi lantainya kini tergulung dan diletakkan begitu saja di lantai.

Di sebuah ruangan yang hanya ditutupi gorden, terdapat beberapa tempat tidur yang sudah tidak digunakan lagi. Namun, rancangan bangunan ini memang cocok untuk tempat perjudian.
Ruangannya terbilang lebar, dengan sebuah ruangan yang lebih kecil lagi tersembunyi di balik gorden. Di sebelah kiri pintu masuk, terdapat sebuah bilik yang konon dulunya disiapkan untuk kasir. “Tembok ini antipeluru, cuma kacanya sudah tidak ada,” ujar Dedem sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke tembok yang mengelilingi bilik kecil itu.
Soekarno memiliki angan-angan besar terhadap Pelabuhan Ratu. Hotel Samudera Beach dan Pesanggrahan Pelabuhan Ratu yang dibangun dari harta pampasan perang Jepang. Bangunan itu didirikan sebagai wujud dari cita-citanya.

Ketika Seokarno pertama kali ke tempat itu, lokasi itu tidak berpenduduk, lokasi permukiman terdekat berada sekitar satu kilometer, dengan penduduk yang mayoritas hidup miskin. Perjudian itu rencananya ia bangun untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, khususnya, dan pemerintah daerah Jawa Barat umumnya.

Akses menuju Pelabuhan Ratu memang tidak mudah (bahkan sampai kini), tapi Soekarno telah mempersiapkan landasan helikopter untuk para tamu yang akan menghabiskan uangnya di tempat itu. Ia juga berencana membuat pelabuhan untuk kapal pesiar yang membawa tamu dari luar negeri ke tempat itu. Soekarno bercita-cita orang-orang dari negeri tetangga memilih tempat ini untuk berjudi, tidak perlu jauh-jauh ke Las Vegas sana.

Sebelum semua terwujud, pemerintahan negeri ini telah berganti. Soekarno tidak lagi punya kuasa untuk melanjutkan proyek Pelabuhan Ratu, bahkan menikmati Pesanggrahan dan Hotel Samudera Beach pun ia belum pernah.
Sekarang, hanya ada jejak peninggalan proklamator kemerdekaan RI itu di sana, itu pun nyaris terlupakan

Isi paragraf sembunyi

Label: , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Mangga... Komentarnya gan?

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda