Menghadapi
pasar global yang semakin kompetitif, ASEAN harus meningkatkan daya saingnya
dengan membangun konektivitas baik di darat, laut dan udara. ASEAN dapat
belajar dari RRT yang maju pesat berkat perhatian yang begitu besar terhadap
pembangunan infrastruktur sehingga produk-produk RRT mampu bersaing di
pasar global.
ASEAN yang
terintegrasi tidak saja akan semakin menguatkan kohesi intra ASEAN, tapi juga
akan memberikan manfaat yang besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat di
kawasan ini. Indonesia pun mencermati keberhasilan pembangunan RRT yang
ditopang infrastruktur yang kuat dengan mengeluarkan Master Plan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Demikian
penjelasan Dubes RI untuk RRT merangkap Mongolia, Imron Cotan, ketika menjawab
pertanyaan salah seorang peserta Program Defense and Strategic Studies Course
(DSSC) National Defense University (NDU) pada kuliah umum dihadapan 76 perwira
senior angkatan bersenjata dari 46 negara (ASEAN, Asia Selatan, Afrika, Eropa
dan Amerika Latin).
Pandangan
Dubes RI tersebut didukung sepenuhnya oleh Dubes RRT untuk ASEAN, Mdm Tong
Xiaoling, yang juga diundang sebagai pembicara lainnya dalam kuliah umum
tersebut. Dikatakan bahwa RRT akan mendukung Master Plan on ASEAN Connectivity
dan proyek-proyek ASEAN-China Connectivity
Dalam paparan
kuliah umum, Dubes RI juga menekankan arti penting dan strategis mengenai
perlunya ASEAN dan RRT untuk bekerjasama secara tandem dalam menghadapi situasi
dunia yang dapat dikatakan kurang menggembirakan akibat krisis ekonomi di AS
dan Eropa serta situasi di Timur Tengah dan Afrika Utara yang masih diliputi
ketidakpastian akibat transisi sosial-politik yang masih terus berlanjut.
Dunia
karenanya menaruh harapan pada Asia yang kini dipandang sebagai the most
dynamic and performing economy in the world. RRT menunjukkan performa ekonomi
yang fenomenal sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia dengan cadangan
devisa melebihi US$ 3 trilyun. Pada sisi lain, ASEAN, sebagai bagian dari
kawasan Asia Pasifik, pun menunjukkan performa ekonomi yang meyakinkan dengan
total GDP US$ 1,8 trilyun dan penduduk berjumlah sekitar 600 juta.
Dubes RI
menggarisbawahi pentingnya kemandirian ASEAN dalam menghadapi situasi dunia
yang terus berkembang dinamis dan penuh ketidak-pastian. Perkembangan ini pula
yang mendorong keyakinan dan visi para pemimpin ASEAN untuk mempercepat
terbentuknya ASEAN Community yang semula dijadwalkan pada tahun 2020 menjadi
tahun 2015.
Dalam sesi
tanya jawab yang berlangsung aktif dan konstruktif, isu lain yang mendapat
perhatian besar para peserta adalah isu Laut China Selatan (LCS) dan kehadiran
kembali AS di kawasan Asia Pasifik. Mengenai LCS, baik Dubes RI maupun Dubes
RRT untuk ASEAN sependapat bahwa mengingat kompleksitas permasalahan, isu LCS
tidak dapat diselesaikan dalam waktu dekat. Karenanya, langkah terbaik agar
tetap terjaga stabilitas di kawasan ini adalah dengan mengembangkan kerjasama
yang menguntungkan semua pihak.
Komentar
Posting Komentar
Mangga... Komentarnya gan?